Muhammad dan Sepatu Sihir
Oleh Jakob Rifsgård (MYP3)
Pada zaman dahulu kala, ada seorang laki-laki. Namanya Muhammad. Dia tinggal dengan ibunya di dalam hutan yang jauh dan kecil. Muhammad hidup tinggal bersama ibunya karena ayahnya meninggal pada kecelakaan pesawat. Dulu Ayahnya sangat terkenal di dunia sepak bola. Muhammad mau menjadi seorang pemain sepak bola profesional seperti Ayahnya, tapi dia tidak bisa main sepak bola seperti ayahnya dan karena Muhammad tidak bisa main sepak bola teman-temanya merundung Muhammad. Ibunya sedih karena dia dirundung tapi dia tidak peduli pada mereka.
Hari ini, Muhammad mencoba latihan dengan tim profesional, tapi masalahnya adalah kapten timnya Abdul . Abdul adalah seorang perundung terbesar tapi Muhammad tidak peduli. Jadi, dia bersiap-siap dan berjalan ke lapangan tetapi saat dia sampai di sana dia sudah ditertawakan. “Kau tidak bisa bermain sepak bola,” kata Abdul. Semuanya tertawa. Muhammad lari sekencang-kencangnya karena dia merasa malu. Ketika dia sedang berlari, tak sengaja dia menabrak orang yang berjalan kaki. “Maaf, Pak” Muhammad meminta maaf. Tapi ternyata itu adalah pesepakbola kondang satu-satunya, Bambang Pamungkas. “Jangan khawatir, ambil sepatu ini, bang,” Kata Bambang. Muhammad berterima kasih dan mengambil foto-foto. Begitu Muhammad memakai sepatu itu, dia merasa berbeda, dia merasa tahu cara bermain sepak bola. Jadi dia pergi bermain sepak bola dan menantang Abdul dalam pertandingan 1 vs 1 dan pemenangnya mendapat posisi kapten. “Satu gol dari 3 gol kemenangan,” Abdul tertawa. Abdul menggolkan satu dari dua gol kemenangan dan dia pikir dia akan menang, tapi Muhammad belum selesai. Dia memulai dengan mencetak gol dan gol fantastis dengan sepatu barunya dan segera setelah itu dia mencetak gol lagi dan sekarang skor menjadi 2-2. Muhammad dilanggar di kotak penalti dan dia mendapat tendangan penalti. Jika dia mencetak gol, dia akan menang. Dia membawa bola ke titik penalti dan merasa percaya diri. “Kamu tidak bisa menendang ,” teriak Abdul padanya. Disana bola melayang di udara menuju gawang, namun hanya ada satu masalah: bola mengarah lurus ke arah Muhammad. Saat Abdul mengira sudah mengambilnya, tiba-tiba bola berbelok tajam ke kanan menuju gawang. “Hurray,” Muhammad bersorak.
Tidak lama setelah Muhammad memenangkan pertandingan dia mulai mendapatkan banyak teman dan dia sekarang menjadi kapten timnya. Ibunya sangat bangga padanya karena memiliki banyak teman dan dia bahagia karena akhirnya bisa membahagiakan ibunya.